Update

Tuesday, July 3, 2018

Administrasi Strategis

Manajemen Strategis. Olsen dan Eadie (1982:4) mendefinisikan administrasi strategis sebagai ”upaya yang didisiplinkan untuk menciptakan keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi , dan mengapa organisasi mengerjakan hal menyerupai itu”.

Pada dasarnya ”manajemen strategis sama saja dengan administrasi lainnya. Ia berfungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan hal-hal strategis”( Husein Umar, 2002:13).

Manajemen seni administrasi sanggup didefinisikan sebagai suatu seni dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan halhal strategis dengan memakai kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai suatu target melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Pandangan akan pentingnya administrasi strategis, pada awal mulanya memang hanya berkembang di sektor privat. Hampir semua acara administrasi strategis di kala ini difokuskan pada organisasi privat (Bryson, 1995:5).

Pemanfaatan administrasi strategis ke dalam organisasi sektor publik sendiri gres dimulai pada awal tahun 1980-an (Quinn, 1980; Brucker, 1980 dalam Bryson, 1995:7). Sementara itu Keban (1995:8) mengemukakan bahwa penerapan administrasi strategis sebagai strategic planning belum menjadi suatu tradisi bagi birokrasi. Sedangkan dalam rangka memperlihatkan pelayanan kepada publik yang lebih baik di masa mendatang,

Proses administrasi startegis berdasarkan Bryson and Roring (1987:10) mencakup delapan langkah, yaitu :
  1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. Tujuan langkah pertama yaitu menegosiasikan janji dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision maker) atau pembentuk opini (opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) ihwal seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.
  2. Mengidentifikasi mandat organisasi. Mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi yaitu “keharusan” yang dihadapi organisasi.
  3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. Misi organisasi yang berkaitan dekat dengan mandatnya, menyediakan raison de^etre-nya, pembenaran sosial bagi keberadaannya.
  4. Menilai lingkungan eksternal : peluang dan ancaman. Mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan bahaya yang dihadapi organisasi.
  5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. Untuk mengenali kekuasaan dan  kelemahan internal, organisasi sanggup memantau sumber daya (inputs), seni administrasi kini (process), dan kinerja (outputs).
  6. Mengidentifikasi gosip strategis yang dihadapi organisasi. Isu strategis mencakup konflik satu jenis dan lainnya. Konflik sanggup menyangkut tujuan (apa), cara (bagaimana), filsafat (mengapa), daerah (dimana), waktu (kapan), dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak  diuntungkan oleh cara-cara yang berbeda dalam pemecahan gosip (siapa).
  7. Merumuskan seni administrasi untuk mengelola isu-isu. Strategi didefinisikan sebagai rujukan tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus melaksanakan hal tersebut.
  8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan. Langkah terakhir dari proses administrasi strategis yaitu membuatkan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil mengemplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya.
.

Sumber http://seputarpengertian.blogspot.com/